Minggu, 26 Juli 2015


Nikmat ALLAH SWT yang tak Terhingga


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Betapa indah karunia ALLAH SWT yang diberikan kepada kita, betapa banyak nikmat yang diberikan kepada kita. Kita lihat gunung-gunung yang ditegakkan lautan yang dihamparkan langit yang ditinggikan. sesuai dengan Firman ALLAH SWT dalam surat AL Anbiya ayat ke 31 yang artinya:

"Dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gununug yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka dapat petunjuk." (QS Al Anbiya:31). Dan surat An Naba' ayat ke 6-7 yang artinya:

"Bukankah kam telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak." (QS An Naba':6-7).

Itulah bukti Kebesaran ALLAH SWT, betapa dasyatnya segala ciptaan dengan segala Firmannya. Dalam keadaan sakit bukan berarti itu azzab dari ALLAH SWT,  dalam keadaan miskin bukan berarti ALLAH benci dengan kita. Jangan selalu menyalahkan ALLAH kalau kita diberikan ujian, ujian adalah karunia ALLAH untuk semua umatnya. Itu adalah cara ALLAH agar kita kembali lagi ke jalan yang diridhai-Nya. sakit adalah karunia karena dalam keadaan sakit kita akan takut akan kematian dan hal itu akan mengingatkan kita kepada ALLAH SWT. dalam keadaan sakit pula ALLAH akan menggurkan dosa-dosa seperti pohon yang menggurkan daun keringnya. dalam keadaan miskin kita dianjurkan untuk berusaha dan selalu berdoa meminta rezeki kepada ALLAH SWT  agar diberikan rezeki yang melimpah dan diridhai oleh-Nya. Orang yang diberikan harta melimpah, uang segunung, mobil banyak belum tentu hidupnya bahagia, harta bukan segalanya kalau memang harta bisa membuat bahagia pasti tidak ada cerita orang kaya bunuh diri, akan tetapi banyak berita yang mengabarkan banyak orang kaya yang bunuh diri. Tapi terkadang manusia tidak mensyukuri nikmat yang diberikan oleh ALLAH SWT, dalam keadaan  sakit menyalahkan ALLAH, dalam keadaan miskin menyalahkan ALLAH kalau ALLAH tidak adil. yah itulah manusia, sesuai dengan Firman ALLAH SWT dalam surat Al Maarij ayat 19-21 yang artinya:
"Sungguh manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir." (QS Al Maarij:19-21)
Padahal kalau difikirkan semua yang menimpa kita adalah kehendak ALLAH SWT, itu adalah rencana ALLAH yang terbaik untuk kita. ALLAH SWT menyuruh kita untuk bersabar dalam menghadapi segala ujian yang menimpa kita, sabar adalah kunci agar kita dapat melalui itu semua karena ALLAH bersama dengan orang-orang yang sabar. Selain itu kita juga harus selalu beribadah dan berdoa kepada-Nya. Kita harus yakin bahwa rencana ALLAH SWT selalu lebih indah, seperti matahari yang selalu terbit dan terbenam tepat pada waktunya, sama halnya dengan nikmat ALLAH yang akan diberikan kepada kita semua akan indah, semua akan tepat pada waktunya, kalau tidak di dunia pasti di akhirat ALLAH akan membalasnya karena ALLAH maha penepat janji ALLAH tidak pernah ingkar pada umatnya yang bertaqwa.Oleh karena itu kita harus selalu bersyukur, berdoa, berusaha dan selalu ingat kepada ALLAH SWT, karena kita harus yakin bahwa rencana ALLAH lebih indah dan yakinlah bahwa habis susah akan tiba kebahagiaan, sesuai dengan Firman ALLAH SWT dalam surat As Sharh 5-6 yang artinya:

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS As Sharh:5-6)



Jumat, 10 Juli 2015



PENGUKURAN TURBIDITY (KEKERUHAN)
(Praktikum Rekayasa Pengolahan Limbah)

Description: unila logo







IWAN NOVIANTO
1114071024



JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014





I.                   PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Indonesia sebagai negara sedang berkembang memiliki beragam ukuran dan jenis industri, baik dalam bentuk industri rumah tangga maupun industri ukuran besar. Aturan yang berhubungan dengan berbagai jenis limbah yang dihasilkan berbagai jenis industri tersebut pada umumnya sudah tersedia. Seperti Undang-Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.32 Tahun 2009, yang mengatur pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu materi kewenangan yang didesentralisasikan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Aturan ini dilahirkan pada dasarnya dengan tujuan agar limbah sebagai hasil sampingan berbagai jenis industri tersebut tidak merusak lingkungan pada saat dibuang ke dalam perairan.

Turbidity atau kekeruhan air disebabkan oleh impurity atau adanya benda-benda asing di dalam air. Kandungan senyawa-senyawa  kimia yang mencemari lingkungan air dapat menyebabkan perubahan warna dan tampak keruh. Kandungan zat padat yang terdapat pada  air baik yang terlarut maupun yang tersuspensi, juga menimbulkan kekeruhan air. Dampak dari kekeruhan adalah dapat terganggunya kehidupan di dalam air karena karena kekeruhan mengganggu penetrasi sinar matahari. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur timhkat kekeruhan suatu bahan adalah turbidity meter. Dimana alat ini bekerja untuk mengukur tingkat kekeruhan, sebelum melakukan pengukuran harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu.

1.2       Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui tingkat kekeruhan dari air dan air limbah.




                                       II.                TINJAUAN PUSTAKA

Industri adalah segala bentuk bahan, yang tidak atau belum punya arti ekonomis,
yang dihasilkan suatu proses teknologi yang dipakai, atau karena kecerobohan
operator dan atau hal lain yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya harus
terbuang keluar dari berbagai unit proses yang ada. Sedangkan limbah cair
industri adalah semua limbah industri yang berbentuk cairan atau berada dalam
fase cair.

Pengolahan limbah cair industri pada hakekatnya adalah suatu perlakuan
tertentu yang harus diberikan pada limbah cair sebelum limbah tersebut terbuang
ke lingkungan penerima limbah. Untuk dapat menentukan secara tepat perlakuan
yang sebaiknya diberikan pada limbah cair, terlebih dahulu diketahui secara tepat
karakteristik dari limbah melalui berbagai penetapan berbagai parameter untuk
mengetahui macam dan jenis komponen pencemar serta sifat-sifatnya.
Pengolahan limbah cair meliputi pengolahan fisika, pengolahan kimia dan
pengolahan biologis. Pengolahan fisika dilakukan terhadap air limbah dengan
kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung.
Pengolahan secara kimia merupakan proses dimana perubahan, penguraian atau
pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung karena mekanisme reaksi
kimia.

Proses pengolahan limbah cair secara biologis dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri, ganggang, protozoa, dll) untuk menguraikan atau merombak senyawa-senyawa organik dalam air menjadi zat-zat yang lebih sederhana (stabil). Dalam sistem biologi, mikroorganisme menggunakan limbah untuk mensintesis bahan sellular baru dan menyediakan energi untuk sintesis.

Mikroorganisme juga dapat menggunakan suplay makanan yang sebelumnya sudah terakumulasi. Secara internal atau endogenes untuk respirasi dan melakukannya terutama bila tidak ada sumber makanan dari luar atau eksogenes.
Sintesis dan respirasi endogenes berlangsung secara simultan dalam sistem
biologis, dengan sintesis yang berlangsung lebih banyak bila terdapat makanan
eksogenes yang berlebihan, dan respirasi endogenes akan mendominasi bila
suplay makanan eksogenes sedikit atau tidak ada.

Secara umum reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ini. Limbah yang dapat dimetabolisme dan mengandung energi + mikroorganisme produk akhir  lebih banyak mikroorganisme. Bila pertumbuhan terhenti, mikroorganisme mati dan lisis melepaskan nutrien dari protoplasmanya untuk digunakan oleh sel-sel yang masih hidup dalam suatu proses respirasi selular autoksidatif atau endogenes.

Mikroorganisme  produk akhir lebih sedikit mikroorganisme dengan adanya bahan limbah (makanan), metabolisme mikroba akan berlangsung memproduksi sel-sel baru dan energi, dan padatan mikroba akan meningkat. Bila tidak ada makanan, respirasi endogenes akan berlangsung lebih banyak dan akan terjadi pengurangan padatan mikroba (Betty Sri,LJ & Winiati Puji,R.1993).

Limbah cair tahu sebelum dibuang ke lingkungan perlu diolah terlebih dahulu untuk mengurangi konsentrasi kandungan pencemar yang menyertai limbah tersebut. Teknik pengolahan limbah cair dibagi menjadi tiga metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu proses dalam pengolahan limbah cair secara kimia adalah koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dalam limbah cair dengan menambahkan bahan kimia (koagulan). Koagulan ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau mengurangi partikel kecil yang tercampur dalam limbah cair melalui pengendapan (Sugiharto, 1987).

Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan, keneradaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric Turbidity Units(NTU). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel malainkan suatu ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya (Anonim,2014).






                                            III.             METODOLOGI PENELITIAN

3.1              Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas ukur dan Turbidity meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sungai, aquades, air sumur, dan air limbah tahu.
3.2               Prosedur Pelaksanaan
Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
·                    Siapkan sampel air suling, aquades, dan air limbah tahu masing- masing pada gelas ukur yang berbeda.
·                     Siapkan alat ukur turbidity meter, dinyalakan.
·                      Kalibrasi dahulu Turbidity meternya
·                      Masukan sensor Turbidity meter ke dalam sampel.
·                     Kemudian masing- masing sampel di ukur dengan menggunakan Turbidity meter dan sensor yang tersedia.
·                     Kemudian diamati masing- masing tingkat kekeruhan sampel dan kemudian dicatat nilainya.








IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang kita dapatkan dari praktikum kali ini adalah:
NNO
Sampel
Uji I (NTU)
Uji I I(NTU)
Uji II I(NTU)
11
Air limbah tahu
259
269
254
22
Air aquades
0,49
0,45
0,61
33
Air sungai
1,93
1,86
1,93
44
Air kran
0,22
0,21
0,15
55
Air limbah tahu olahan
393
398
367

4.2              Pembahasan

Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan, keneradaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric Turbidity Units(NTU). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel malainkan suatu ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya.
Kekeruhan adalah pengukuran analisis yang sangat kompleks yang dapat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa sudah ada dalam desain instrumen seperti sudut pembacaan, sumber sinar, panjang gelombang dan sensitifitas warna dan fotosel. Dari data yang diperoleh dapat kita lihat suhu masing- masing sampel air limbah tahu tingkat kekeruhan uji 1 259 NTU, uji 2 269 NTU, uji 3 254 NTU, air aquades tingkat kekeruhan uji 1  0,49 NTU,  uji 2 0,45 NTU, uji 3 0,61 NTU, air sungai tingkat kekeruhan uji 1  1,93 NTU,  uji 2 1,86 NTU, uji 3 1,93 NTU ,  air kran tingkat kekeruhan uji 1  0,22 NTU,  uji 2 0,21 NTU, uji 3 0,15 NTU, air limbah tahu olahan tingkat kekeruhan uji 1 393 NTU, uji 2 368 NTU, uji 3 367 NTU. Berdasarkan data tingkat kekeruhan yang kita dapatkan juga dapat kita lihat bahwa yang paling pekat  adalah air limbah tahu olahan dengan tingkat kekeruhan rata-rata 376 NTU, kemudian diikuti oleh air limbah tahu dengan tingkat kekeruhan rata-rata 260 NTU, air sungai dengan tingkat kekeruhan rata-rata  1,90 NTU, air aquades dengan tingkat kekeruhan rata-rata 0,516 NTU , dan yang paling kecil adalah air kran dengan tingkat kekeruhan rata-rata 0,19 NTU. Kekeruhan ini menunjukan bahwa sampel yang tingkat kecemarannya paling tinggi adalah air limbah tahu olahan. Pada kegiatan industri tahu, limbah cair pada umumnya langsung disalurkan ke badan air sehingga mencemari perairan. Perairan yang tercemar memiliki kandungan BOD (4140 mg/l) dan COD (6591,90 mg/l) (sumber referensi penelitian awal), berbau busuk dan berwarna kehitaman, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. 




V.                KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang bisa kita dapatkan dari praktikum kali ini adalah:
·                Berdasarkan pengujian tingakat kekeruhan yang telah dilakukan terhadapa lima sampel  yaitu air sungai, air aquades, air kran, air limbah tahu olahan dan air limbah tahu, yang memiliki kekeruhan tetinggi adalah air limbah tahu olahan, yaitu 376 NTU.
·                Air kran adalah air yang memiliki tingkat kekeruhan paling rendah yaitu 0,19 NTU.
·                Jika limbah tahu langsung dibuang tanpa diolah maka akan merusak lingkungan, seperti yang kita ketahui limbah memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.wikipedia.org. 08 Oktober 2014

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta.

Betty Sri,LJ & Winiati Puji,R.1993. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Institut Teknologi Bandung
















HIDROMETRI
(Laporan Hidrologi)


Oleh
Iwan Novianto
Description: unila logo.jpg


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015


I.                   PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Aliran permukaan merupakan dari hujan yang yang tidak meresap ke dalam tanah dan tidak terakumulasi di permukaan tanah., etapi bergerak ke tempat yang lebih rendah dan mengumpul dalam parit atau saluran yang mana alirannya menuju saluran-saluran sungai, danau, atau laut. Aliran tersebut dapat mengalir pada permukaan tanah (overland flow) maupun melalui bawah permukaan tanah (inter flow). Aliran permukaan terjadi pada saat intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah. Schwab et al, (1981) menjelaskan bahwa aliran permukaan tidak akan terjadi sebelum proses hidrologis lainnya terpenuhi.

Adanya aliran permukaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi yang dipengaruhi karena debit aliran yang tinggi yang kemudian menyebabkan terjadinya sedimentasi. Sedimen merupakan hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau jenis erosi tanah lainnya. Karena adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi (hulu) ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi dan terbentuknya tanah baru di pinggir-pinggir dan di delta-delta sungai. Dengan demikian proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan.

Sedimentasi terjadi dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. dalan suatu aliran


sungai sedimentasi dipengaruhi oleh debit aliran sungai serta tinggi muka air. Yang mana semakin tinggi muka air maka debit yang terjadi juga semakin besar, maka tinggi pula sedimentasi yang terjadi pada daerah aliran sungai tersebut. Salah satunya yaitu Sungai Solo Hulu merupakan salah satu daerah aliran Sungai Bengawan Solo (sungai terpanjang di Jawa Tengah dengan luas DAS ±16.100 km2 dan panjang total alur sungai ±600 km).  Sungai solo hulu merupakan bagia DAS waduk Gajah Mungkur yang berfungsi sebagai pengendali di musim hujan. Yang mana waduk tersebut memiliki toleransi sedimentasi 1,2 juta m3/tahun dengan prakira usia 100 tahun. Untuk mengetahui debit dan sedimentasi Sungai Solo Hulu dapat dilakukan analisis dengan menggunakan kurva aliran dan sedimen dari beberapa data yang diperoleh.


1.2 Tujuan Praktikum
      Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Membuat kurva aliran dan sedimen.
2.      Menganalisis debit aliran dan debit sedimen Solo Hulu.
3.      Menghitung sedimentasi sungai Solo Hulu selama 3 bulan.








II.                TINJAUAN PUSTAKA


Hujan merupakan bagian dari faktor iklim yang berperan dalam mengendalikan aliran permukaan dan erosi. Beberapa karakteristik hujan yang berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan adalah tipe hujan, intensitas hujan, lama hujan, distibusi hujan, dan arah hujan (Haridjaja dkk, 1990). Pengaruh intensitas hujan mempunyai hubungan yang berbanding lurus terhadap jumlah dan laju aliran permukaan. Pada umumnya terjadi kecenderungan peningkatan jumlah aliran permukaan dengan meningkatnya intensitas hujan, tetapi hal ini juga tergantung dengan kapasitas infiltrasi tanah. Jika intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, maka akan terjadi peningkatan jumlah aliran permukaan sejalan dengan peningkatan intensitas hujannya. Faktor lama hujan juga berpengaruh terhadap besarnya jumlah aliran permukaan
(Sukartaatmadja, 1998). Semakin lama hujan turun, maka semakin besar aliran permukaan yang terjadi, walaupun hal ini tergantung pada intensitas hujan dan besarnya jumlah hujan (Anonim.2013).

Aliran permukaan merupakan bagian dari rangkaian siklus hidrologi. Padadasarnya terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi jumlah dan laju alian permukaan, yaitu faktor iklim dan faktor fisiografi atau kondisi daerah aliran sungai (DAS). Secara terperinci Chow (1964) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan ke dalam dua faktor utama, yaitu (1) faktor iklim, yang meliputi presipitasi (intensitas, distribusi dan lama hujan), intersepsi (jenis, umur tanaman), evaporasi dan transpirasi, dan (2) faktor fisiografi, yang berhubungan dengan


karakteristik DAS yang meliputi bentuk dan ukuran daerah aliran, kemiringan lereng, jenis tanah, dan sistem penggunaan lahan (Anonim.2013).

Kecepatan aliran permukaan akan menjadi lebih besar terutama pada wilayah dengan kemiringan dan panjang lereng yang semakin besar dan tidak terputus. Sedangkan pengaruh dari faktor vegetasi terhadap aliran permukaan dapat dilihat dari kemampuannya dalam menghambat aliran permukaan dan mengurangi daya rusak air atau pukulan butir hujan yang langsung mengenai
tanah. Keberadaan dari vegetasi yang tumbuh juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi tanah, sehingga dapat menurunkan jumlah aliran permukaan. Dalam hubungannya dengan aliran permukaan tanah merupakan factor yang menentukan besarnya kapasitas infiltrasi. Tanah pasir merupakan tanah yang mempunyai tekstur kasar dan mempunyai pori makro yang lebih besar
dibandingkan tanah liat, sehingga mempunyai kemampuan infiltrasi tanah yang besar. Hal inilah yang menyebabkan mengapa tanah bertekstur pasir mempunyai kemampuan dalam menurunkan jumlah aliran permukaan. Selanjutnya Arsyad (2000) menyatakan bahwa sifat aliran permukaan
yang menentukan kemampuan dalam menimbulkan aliran permukaan adalah jumlah, laju, kecepatan dan gejolak aliran permukaan. Jumlah aliran permukaan merupakan jumlah air yang mengalir di permukaan untuk suatu periode hujan yang dapat dinyatakan dalam satuan tinggi air (mm) atau satuan volume air (m3). Sedangkan laju aliran permukaan merupakan volume air yang mengalir pada suatu titik yang dapat dinyatakan dalam satuan m3 detik -1 atau m3 jam -1 (Arsyad.2000).

Pada dasarnya sedimen yang masuk ke dalam waduk dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
a. Sedimen yang masuk ke dalam waduk dihitung berdasarkan sedimen layang yang masuk melalui alur-alur sungai dengan menggunakan data debit berupa kurva massa debit (lengkung waktu aliran) bersama-sama dengan lengkung laju debit-sedimen layang.
b. Sedimen yang masuk ke dalam waduk dihitung berdasarkan selisih kapasitas waduk antara dua periode pengukuran yang menggunakan metode echo sounding.
Dengan membandingkan antara dua cara diatas maka akan didapat tingkat akurasinya, dimana cara b dianggap lebih akurat (Anonim.2013).

Pengambilan sampel sedimen dilakukan bersama-sama dengan pengambilan data debit aliran, sehingga dapat dibuat hubungan antara keduanya (suspended sediment-discharge rating curve). Dalam pembuatan lengkung laju debit-sedimen (sediment discharge rating curve), yang perlu diperhatikan adalah sedapat mungkin diperoleh data debit dan muatan sedimen yang mewakili keadaan dengan aliran besar, aliran normal dan aliran kecil. Untuk daerah tropis umumnya pengambilan data dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan (Asdak, 1995).Lengkung laju debit sedimen biasanya dinyatakan dalam dua bentuk yaitu dalam korelasi antara konsentrasi sedimen dan debit aliran atau debit sedimen layang dengan debit aliran, pada kedua bentuk tersebut debit aliran selalu terletak pada sumbu X. Ploting data lapangan menggambarkan rangkaian data konsentrasi –debit aliran sesaat tetapi kurva juga diplot untuk menunjukkan rata-rata debit sedimen layang sebagai fungsi dari rata-rata debit aliran harian, bulanan dan periode waktu lainnya. Hubungan antara konsentrasi sedimen atau debit sedimen layang dengan debit aliran sesaat yang dikarakteristikkan dengan hubungan tunggal log-log, apabila terdapat hubungan yang tidak baik maka dapat dibuat kurva-kurva terpisah menurut ukuran partikel, menurut musim dan menurut tahapan datangnya banjir dan turunnya banjir. Untuk mendapat hasil yang baik maka menurut Fan dan Morris (1995) data yang ada harus :

• meliputi seluruh rangkaian data debit dari rendah sampai tinggi
• meliputi tahapan datangnya banjir atau turunnya banjir
• kondisi hidrologinya tidak menyimpang
• Untuk debit yang tinggi, sampel lebih dari satu kejadian
(Anonim.2013).

Sedimen merupakan hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit atau jenis erosi tanah lainnya. Karena adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi (hulu) ke daerah hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi dan terbentuknya tanah baru di pinggir-pinggir dan di delta-delta sungai. Dengan demikian proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan. Menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir, dan pada saat yang bersamaan aliran sedimen juga dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen layang dalam sungai (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk (Anonim.2013).




















III.             METODELOGI PRAKTIKUM


3.1  Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakandalam praktikum ini yaitu seperangkan alat tulis, kakulator, mal, dan laptop. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu berupa data tinggi muka air, debit dan sedimen Sungai Solo Hulu, berat isi sedimen (¡ = 0,82 ton/m3), dan luas Sungai Solo Hulu yaitu 15.710 ha (157.100.000 m2).

3.2  Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu
1.      Alat dan bahan dipersiapkan terlebih dahulu.
2.      Data-data dimasukkan ke dalam Ms.Excel.
3.      Kurva aliran dengan cara mal, kuadratis, dan logaritmik.
4.      Kurva sedimen dibuat dengan metode logaritmik dan semilog.
5.      Total sedimen dihitung berdasarkan data sedimentasi yang tersedia.
6.      Hasil perhitungan dicatat.


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil

4.1.1        Kurva aliran dan debit
a.       Kurva aliran dan debit menggunakan mal







b.      Kurva aliran dan debit secara logaritmik

c.       Kurva aliran secara regresi
 




4.1.2        Kurva sedimentasi
a.       Kurva sedimentasi secara logaritmik

b.      Kurva Semilog Sedimentasi


4.1.3        Hasil perhitungan
a.       Total sedimen selama tiga bulan 136994 ton/3bulan
b.      Sedimentasi yang terjadi selam tiga bulan pada Sungai Solo Hulu 0,000715055m sama dengan  0,715054824 mm/3bl.

4.1.4        Analisis aliran debit dan sedimen berdasarkan grafik logaritmik
a.       Analisis aliran dan debit air
Desember 1981
Januari 1982
Februari 1982
no
TMA
Q
TMA
Q
TMA
Q
1
0,25
6,35
0,9
-
0,1
2
2
0,15
2,9
0,48
36
0,14
2,7
3
0,27
7
0,07
1,5
0,17
3,25
4
0,2
4,25
0
0
0,33
12,5
5
0,02
1,1
0
0
0,37
16,5
6
0
0
1,06
-
0,65
-
7
0,23
5,25
0,33
12,5
0,48
36
8
0,3
9,5
0,05
1,3
0,15
2,9
9
0,09
1,75
0
0
0,22
4,8
10
0
0
0
0
0,23
5,2
11
0,09
1,75
0,14
2,7
0,05
1,3
12
0
0
0,18
3,35
0,08
1,6
13
0
0
0,1
2
0,58
-
14
0
0
0,47
35
0,27
7
15
0,64
-
0,35
14,2
0,13
2,5
16
0,58
-
0,45
32
0,43
26
17
0,15
2,9
0,39
19
0,05
1,3
18
0,03
1,15
0,48
36
0
0
19
0
0
0,48
36
0,08
1,6
20
0
0
0,42
23
0,11
2,15
21
0
0
0,1
2
0
0
22
0,27
7,25
0,67
32
0
0
23
0,08
1,6
0,26
7
0
0
24
0
0
0,14
2,7
0,04
1,2
25
0,33
12,5
0,27
7
0,4
21
26
0,17
3,25
0,24
6
0,2
4,25
27
0
0
0,45
32
0,02
1,1
28
0,4
21
0,55
-
0
0
29
0,32
12
0,48
36
-
-
30
0
0
0,35
14,2
-
-
31
0,02
1,1
0,09
1,75
-
-

b.      Analisi sedimen

Desember 1981

Januari 1982

Februari 1982

No
Qw
Qs
Qw
Qs
Qw
Qs
1
7,5
135
46
14.500
2,8
82
2
4,3
90
16,84
425
4
88
3
8,18
153
2,32
79
4,9
107
4
5,8
120
1,2
72
10,34
188
5
1,52
77
1,2
72
11,86
235
6
1,2
72
60,7
26,7
1498
7
6,82
130
10,34
188
16,84
438
8
9,2
170
2
74
4,3
90
9
2,64
81
1,2
72
6,48
128
10
1,2
72
1,2
72
6,82
130
11
2,64
81
4
88
2
74
12
1,2
72
5,2
110
2,48
79
13
1,2
72
2,8
82
22,28
885
14
1,2
72
16,36
395
8,18
153
15
26,04
1300
11,1
316
3,7
87,5
16
22,28
885
15,4
357
14,44
320
17
4,3
90
12,62
260
2
74
18
1,68
75
16,84
425
1,2
72
19
1,2
70
16,84
425
2,48
79
20
1,2
72
13,96
307
3,1
86
21
1,2
72
2,8
82
1,2
72
22
8,18
153
28,02
1652
1,2
72
23
2,48
79
7,84
142
1,2
72
24
1,2
72
4
88
1,84
76
25
10,34
188
8,18
153
13
270
26
4,9
108
7,16
137,5
5,8
120
27
1,2
72
15,4
350
1,52
77
28
13
270
20,6
680
1,2
72
29
9,96
185
16,84
438
-

30
1,2
72
11,1
216
-
31
1,52
77
2,64
81
-


4.2  Pembahasan

Tinggi muka air merupakan kedalaman air suatu sungai atau danau yang diukur dari batas tertentu. Tinggi muka air (TMA) biasa digunakan dalam penerapan irigasi. Dalam praktikum ini, tinggi muka air merupakan salah satu factor penting yang digunakan sebagai acuan analisis debit. Debit merupakan banyaknya air (aliran dalam m3) per satuan waktu (detik).
Pada praktikum ini, digunakan beberapa data tinggi muka air dan debit yang diolah menjadi sebuah kurva aliran. Berikut adalah data yang didapat dari bulan Desember :
No.
Tanggal
Tinggi muka air (m)
Debit (m3/detik)
1.       
19 – 12 – 1981
0,10
2,852
2.       
22 – 12 – 1981
0,03
1,385
3.       
24 – 12 – 1981
0,01
1,050
4.       
25 – 12 – 1981
0,855
47,513
5.       
26 – 12 – 1981
0,295
7,695
6.       
28 – 12 – 1981
1,17
71,121
7.       
  2 – 12 – 1982
0,44
14,649

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode logaritmik. Metode ini dilakukan dengan mengolah data dalam ms. excel. Dengan data diatas, dibuat grafik logaritmik dengan debit air sebagai absis x dan tinggi muka air sebagai absis y. grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Dengan grafik diatas, dilakukan analisis debit air dengan data pada bulan Desember 1981 , Januari dan Februari tahun1982. Dengan data tinggi muka air tiga bulan tersebut, didapatkan data debit air baru. Data hasil analisis menunjukkan nilai yang cukup berbeda. Untuk nilai dibawah 0,15 diperoleh nilai rata – rata ½ dari nilai yang ada pada data sebelumnya. Untuk nilai diatas 0,2 diperoleh nilai yang mendekati nilai pada data sebelumnya. Ada beberapa data yang tidak diperoleh nilai debitnya pada grafik ini. Yaitu nilai 0 dan nilai diatas 0,55 karena grafik logaritmik ini tidak menunjukkan nilai perpotongan absis pada tinggi muka air tersebut. Dari grafik di atas dapat diketahui pula semakin tinggi muka air semakin tinggi pula debit aliran yang terjadi pada Sungai Solo Hulu.
Berdasarkan analisis ini, dapat diketahui bahwa kurva logaritmik menunjukkan nilai yang kurang akurat atau kurang sesuai dengan data hasil pengamatan manual yang diberikan. Nilai absis x ( debit air ) yang diperoleh dari hasil analisis terlampir.
Sedangkan sedimentasi merupakan salah satu akibat/hasil dari erosi yang dibawa oleh aliran air yang diendapkan pada tempat yang lebih rendah. Sedimen terjadi pada saluran air, sungai, waduk, maupun daerah genangan banjir. Proses sedimentasi dapat memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan. Dikatakan menguntungkan karena pada tingkat tertentu adanya aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan baru di daerah hilir. Tetapi, pada saat yang bersamaan aliran sedimen dapat menurunkan kualitas perairan dan pendangkalan badan perairan. Sedimentasi juga menjadi parameter pembangunan sebuah waduk untuk menentukan usia waduk dapat aktif secara maksimal yang disesuaikan dengan debit sedimenntasi yang terjadi.
Pada praktikum ini dilakukan analisis sedimen yang terjadi pada Sungai Solo Hulu dari data saliran permukaan dan sedimentasi (dari 7 data) yaitu
No
Debit air
(Qw)
m/detik
Kadar Lumpur
(Ci)
mg/liter
Debit Sedimen
(Qsi)
Ton/hari
1
2,852
388
95,61
2
1,385
297
35,54
3
1,05
257
23,31
4
47,513
4142,3
17004,65
5
7,695
588,67
391,38
6
71,121
8320
51125,19
7
14,649
2520
3189,5

Dari data di atas dapat diketahui sedimentasi harian yang terjadi sesuai dengan tinngi muka air dan debit air selama tiga bulan (seperti data terlampir) yang dapat diketahui dengan menganalisisi grafik secara logaritmik atau persamaan tertentu.

Selain menghitung nilai sadimen dan membuat kurva, dilakukan pula analisis sedimen berdasarkan kurva logaritmik. Pada grafik tersebut debit air pada absis Y dan debit sedimen pada absis X, dari hedua absis tersebut maka debit sedimen harian dapat diketahui menyesuaikan dengan berapa debit air/aliran yang terjadi. Dari analisis yang dilakukan, semakin tinggi debit aliran air semakin tinggi sedimentasi yang terjadi. Namun, dari hasil yang didapat diperoleh perbedaan antara analisi secara logaritmik dengan data yang diberikan. Berarti hal ini menunjukan kekurang akuratan analisis menggunakan grafik logaritmik dan diperlukan ketelitian dalam menganalisis.

Kemudian untuk mengetahui sedimentasi yang terjadi pada sungai dapat diketahui dengan diketahuinya debit sedimentasi selama tiga bulan (Desember 1981, Januari, dan Februari1982) dimana pada bulan tersebut merupakan musim hujan sehingga aliran dan debit terjadi lebih tinggi pula pada sungai terlebih dahulu. Dengan diketahuinya debit sedimen tersebut maka dapat diketahui sedimentasi yang terjadi pada tiga bulan dengan persamaan:
Sedimentasi =
Dengan adanya persamaan tersebut dan diketahui jumlah sedimen, luas DAS dan berat isi sedimen (¡) maka nilai sedimentasi Sungai Solo Hulu dapat diketahui yaitu 0,715054824 mm/3bl.



V.                KESIMPULAN


Dari praktikum analisis yang telah dilakukan terhada Sungai Solo Hulu maka dapat diketahui bahwa:
1.      Semakin tinngi muka air maka semakin tinggi debit yang terjadi dan semakin tinggi pula sedimentasi yang dihasilkan.
2.      Sedimentasi yang terjadi selama tiga bulan pada Desember 1981, Januari, dan Februari 1982 yaitu 0,715054824 mm/3bl.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2013.  http://eprints.undip.ac.id/4670/1/DYAH_ARI_W.pdf.diakses tanggal 07 November 2013 pukul 20.30 WIB

Anonim.2013. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44646/A07isw.pdf.diakses tanggal 07 November 2013 pukul 20.35 WIB

Anonim.2013. http://id.termwiki.com/ID:rating_curve_%E2%82%83.diakses tanggal 07 November 2013 pukul 20.45 WIB

Anonim.2013.http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2041/Skripsi%20Lengkap%20Siti%20Ima%20Fatima.pdf?sequence=1.diakses tanggal 07 November 2013 pukul 21.30 WIB

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi. Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor, IPB Press, Bogor.




LAMPIRAN



























1.      Tabel Hasil Pengukuran Debit Aliran di Sungai Solo Hulu
Tinggi Muka Air (m)
Debit
(m3/detik)
0,1
2,852
0,03
1,385
0,01
1,05
0,855
47,513
0,295
7,695
0,17
71,121
0,44
14,649

2.      Perhitungan Debit Sedimen  di Sungai Solo Hulu
No
Debit air
(Qw)
m/detik
Kadar Lumpur
(Ci)
mg/liter
Debit Sedimen
(Qsi)
Ton/hari
1
2,852
388
95,61
2
1,385
297
35,54
3
1,05
257
23,31
4
47,513
4142,3
17004,65
5
7,695
588,67
391,38
6
71,121
8320
51125,19
7
14,649
2520
3189,5

3.      Data  tinggi muka air rata-rata dan debit harian di Sungai Solo Hulu
Desember 1981
Januari 1982
Februari 1982
No
TMA
(m)
Q
(m3/detik)
TMA
(m)
Q
(m3/detik)
TMA
(m)
Q
(m3/detik)
1
0,25
7,5
0,9
46
0,1
2,8
2
0,15
4,3
0,48
16,84
0,14
4
3
0,27
8,18
0,07
2,32
0,17
4,9
4
0,2
5,8
0
1,2
0,33
10,34
5
0,02
1,52
0
1,2
0,37
11,86
6
0
1,2
1,06
60,7
0,65
26,7
7
0,23
6,82
0,33
10,34
0,48
16,84
8
0,3
9,2
0,05
2
0,15
4,3
9
0,09
2,64
0
1,2
0,22
6,48
10
0
1,2
0
1,2
0,23
6,82
11
0,09
2,64
0,14
4
0,05
2
12
0
1,2
0,18
5,2
0,08
2,48
13
0
1,2
0,1
2,8
0,58
22,28
14
0
1,2
0,47
16,36
0,27
8,18
15
0,64
26,04
0,35
11,1
0,13
3,7
16
0,58
22,28
0,45
15,4
0,43
14,44
17
0,15
4,3
0,39
12,62
0,05
2
18
0,03
1,68
0,48
16,84
0
1,2
19
0
1,2
0,48
16,84
0,08
2,48
20
0
1,2
0,42
13,96
0,11
3,1
21
0
1,2
0,1
2,8
0
1,2
22
0,27
8,18
0,67
28,02
0
1,2
23
0,08
2,48
0,26
7,84
0
1,2
24
0
1,2
0,14
4
0,04
1,84
25
0,33
10,34
0,27
8,18
0,4
13
26
0,17
4,9
0,24
7,16
0,2
5,8
27
0
1,2
0,45
15,4
0,02
1,52
28
0,4
13
0,55
20,6
0
1,2
29
0,32
9,96
0,48
16,84
-
-
30
0
1,2
0,35
11,1
-
-
31
0,02
1,52
0,09
2,64
-
-

4.      Data debit sedimen harian di Sungai Solo Hulu (diduga dengan persamaan 29)

Desember 1981

Januari 1982
Februari 1982
No
Qw
(m3/detik)
Qs
(ton/hari)
Qw
(m3/detik)
Qs
(ton/hari)
Qw
(m3/detik)
Qs
(ton/hari)
1
7,5
671,95
46
18352,68
2,8
111,44
2
4,3
243,66
16,84
2936,94
4
213,56
3
8,18
787,17
2,32
79,09
4,9
309,2
4
5,8
420,51
1,2
23,77
10,34
1206,81
5
1,52
36,59
1,2
23,77
11,86
1549,72
6
1,2
23,77
60,7
30430,23
26,7
6806,19
7
6,82
565,02
10,34
1206,81
16,84
2936,94
8
9,2
975,28
2
60,34
4,3
243,66
9
2,64
100,1
1,2
23,77
6,48
514,72
10
1,2
23,77
1,2
23,77
6,82
565,02
11
2,64
100,1
4
213,56
2
60,34
12
1,2
23,77
5,2
344,58
2,48
89,32
13
1,2
23,77
2,8
114,44
22,28
4893,1
14
1,2
23,77
16,36
2786,09
8,18
787,17
15
26,04
6502,33
11,1
1373,43
3,7
18,26
16
22,28
4893,1
15,4
2495,2
14,44
2218,87
17
4,3
243,66
12,62
1735,57
2
60,34
18
1,68
43,9
16,84
2936,94
1,2
23,77
19
1,2
23,77
16,84
2936,94
2,48
89,32
20
1,2
23,77
13,96
2086,22
3,1
134,17
21
1,2
23,77
2,8
111,44
1,2
23,77
22
8,18
787,18
28,02
7432,22
1,2
23,77
23
2,48
89,32
7,84
782.53
1,2
23,77
24
1,2
23,77
4
213,56
1,84
51,83
25
10,34
1206,81
8,18
787,17
13
1832,05
26
4,9
309,2
7,16
617,44
5,8
420,51
27
1,2
23,77
15,4
2495,2
1,52
36,58
28
13
1832,05
20,6
4241,29
1,2
23,77
29
9,96
1127,16
16,84
2936,94
-
-
30
1,2
23,77
11,1
1373,43
-
-
31
1,52
36,58
2,64
100,1
-
-


5.      Perhitungan Tebal Sedimentasi yang Terjadi
Diketahui:
Total sedimentasi (SQs) = 136.994 ton/3bln.
Luas DAS (A) = 15.710 ha = 157.100.1000 m2.
Berat isi sedimen (¡) = 0,82 ton/ m3.
Sehingga tebal sedimentasi yang terjadi yaitu:
            Ts  =
            Ts =
                        Ts = 0,715054824 mm/3bl

6.      Analisis aliran dan debit secara logaritmik
Desember 1981
Januari 1982
Februari 1982
no
TMA
Q
TMA
Q
TMA
Q
1
0,25
6,35
0,9
-
0,1
2
2
0,15
2,9
0,48
36
0,14
2,7
3
0,27
7
0,07
1,5
0,17
3,25
4
0,2
4,25
0
0
0,33
12,5
5
0,02
1,1
0
0
0,37
16,5
6
0
0
1,06
-
0,65
-
7
0,23
5,25
0,33
12,5
0,48
36
8
0,3
9,5
0,05
1,3
0,15
2,9
9
0,09
1,75
0
0
0,22
4,8
10
0
0
0
0
0,23
5,2
11
0,09
1,75
0,14
2,7
0,05
1,3
12
0
0
0,18
3,35
0,08
1,6
13
0
0
0,1
2
0,58
-
14
0
0
0,47
35
0,27
7
15
0,64
-
0,35
14,2
0,13
2,5
16
0,58
-
0,45
32
0,43
26
17
0,15
2,9
0,39
19
0,05
1,3
18
0,03
1,15
0,48
36
0
0
19
0
0
0,48
36
0,08
1,6
20
0
0
0,42
23
0,11
2,15
21
0
0
0,1
2
0
0
22
0,27
7,25
0,67
32
0
0
23
0,08
1,6
0,26
7
0
0
24
0
0
0,14
2,7
0,04
1,2
25
0,33
12,5
0,27
7
0,4
21
26
0,17
3,25
0,24
6
0,2
4,25
27
0
0
0,45
32
0,02
1,1
28
0,4
21
0,55
-
0
0
29
0,32
12
0,48
36
-
-
30
0
0
0,35
14,2
-
-
31
0,02
1,1
0,09
1,75
-
-

7.      Analisis debit sedimen secara logaritmik

Desember 1981

Januari 1982

Februari 1982

No
Qw
Qs
Qw
Qs
Qw
Qs
1
7,5
135
46
14.500
2,8
82
2
4,3
90
16,84
425
4
88
3
8,18
153
2,32
79
4,9
107
4
5,8
120
1,2
72
10,34
188
5
1,52
77
1,2
72
11,86
235
6
1,2
72
60,7
26,7
1498
7
6,82
130
10,34
188
16,84
438
8
9,2
170
2
74
4,3
90
9
2,64
81
1,2
72
6,48
128
10
1,2
72
1,2
72
6,82
130
11
2,64
81
4
88
2
74
12
1,2
72
5,2
110
2,48
79
13
1,2
72
2,8
82
22,28
885
14
1,2
72
16,36
395
8,18
153
15
26,04
1300
11,1
316
3,7
87,5
16
22,28
885
15,4
357
14,44
320
17
4,3
90
12,62
260
2
74
18
1,68
75
16,84
425
1,2
72
19
1,2
70
16,84
425
2,48
79
20
1,2
72
13,96
307
3,1
86
21
1,2
72
2,8
82
1,2
72
22
8,18
153
28,02
1652
1,2
72
23
2,48
79
7,84
142
1,2
72
24
1,2
72
4
88
1,84
76
25
10,34
188
8,18
153
13
270
26
4,9
108
7,16
137,5
5,8
120
27
1,2
72
15,4
350
1,52
77
28
13
270
20,6
680
1,2
72
29
9,96
185
16,84
438
-

30
1,2
72
11,1
216
-
31
1,52
77
2,64
81
-