RATA-RATA CURAH HUJAN PROPINSI LAMPUNG
(Laporan Praktikum Hidrologi)
Oleh
Iwan
Novianto
TEKNIK
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Hujan
merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri
dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol seperti embun
dan kabut. Hujan berperan penting dalam siklus hidrologi. Kelembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai untuk menanggulangi
daur ulang itu semua. Jumlah air hujan di ukur menggunakan pengukur hujan atau
omborometer. Curah hujan dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada
permuakan datar, dan di ukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan curah hujan menurut
SI adalah mililiter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.
Data curah hujan sangat
penting, terutama data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah
tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan
informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang
pertanian data CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi ,
mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
Untuk dapat mewakili besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH
dalam jumlah yang cukup.
Curah hujan pada suatu
daerah penakaran hujan berbeda-beda. Oleh sebab itu penakar curah hujan
dipasang beberapa titik daerah di Provinsi Lampung
untuk jmengetahui curah
hujan pada daaerah tersebut. Selain mengetahui curah hujan tiap daerah, data
yang diperoleh dari tiap penakar hujan pada daerah tersebut digunakan untuk
mengetahui rata-rata curah hujan yang terjadi di Propinsi Lampung. Cara
mengetahui rata-rata CH tersebut dapat dilakukan dengan tiga metode. Oleh sebab
itu perlu diketahui rata-rata curah hujan menggunakan tiga metode tersebut.
1.2
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktium ini yaitu
untuk mengetahui rata-rata curah hujan Provinsi Lampung menggunaan tiga metode yaitu
secara aritmatik, polygon, dan ishoyet.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ilmu
Hidrologi
Hidrologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang siklus air. Jadi dapat dikatakan,
hidrologi adalah ilmu yang mempelajari: presipitasi (precipitation), evaporasi
(evaporation), aliran permukaan (surface stream flow), dan air tanah (grown
water). Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini adalah tetap dan mengikuti
suatu aliran yang dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus hidrologi adalah suatu
proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke
darat dan kembali lagi ke laut. Secara gravitasi (alami) air mengalir dari
daerah yang rendah sampai ke daerah pantai dan akhirnya bermuara ke laut.
Aliran ini dinamakan aliran permukaan tanah. Aliran ini biasanya akan memasuki
daerah tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem
danau atau waduk. Dalam sistem sungai aliran mengalir mulai dari sistem sungai
kecik ke sistem sungai besar dan akhirnya menuju mulut sungai atau sering
disebut estuary yaitu tempat bertemunya sungai dengan laut (EsinSeyhan,1990).
Curah
hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan di
ukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk medan atau
topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan
jarak perjalanan angin diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya
air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi
(Handoko,2003).
Hujan
yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung yaitu
melalui vegetasi atau media lainnya akan membentuk siklus aliran air, mulai
dari tempat tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke empat yang rendah baik di
dalam tanah yang berakhir di laut. Peranan air dalam kehidupan sangat besar.
Mekanisme kompleks kehidupan tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran air. Begian
terbesar bumi dan mahkluk hidup juga terdiri dari air. Air yang berasal dari
hujan merupakan fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya kehidupan di
bumi. Butiran hujan selain membawa molekul air juga membawa materi yang penting
bagi kehidupan seperti pupuk untuk tumbuh-tumbuhan. Meskipun air hujan sangat
penting bagi kehidupan, namun di pihak lain Indonesia belum mampu mengamati
fenomena banyaknya curah hujan yang terjadi pada suatu tempat secara otomatis dan
tercatat pada database. Akibatnya data curah hujan tidak dapat dimanfaatkan
(Anonim,2013).
Sifat
hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu
bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu :
1). Atas normal (A)
1). Atas normal (A)
Jika
nilai perbandingan terhadap rata-rata lebih besar dari 115%.
2). Normal (N)
2). Normal (N)
Jika
nilai perbandingan terhadap rata-rata antara 85% - 115%.
3). Bawah normal (BN)
3). Bawah normal (BN)
Jika
nilai perbandingan terhadap rata-rata kurang dari 85%.
(Anonim,2013).
(Anonim,2013).
Curah
hujan di hitung harian, mingguan, hingga tahunan sesuai dengan kebutuhan.
Pembangunan saluran drainase, selokan, irigasi, serta pengendalian banjir
selalu menggunakan data curah hujan ini, untuk mengetahui berapa jumlah hujan
yang pernah terjadi di suatu tempat, sebagai perkiraan pembuatan besarnya
saluran atau sarana pendukung lainnya saat hujan sebesar itu akan datang lagi
di masa mendatang. Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur
curah hujan yang terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau
provinsi yang mengacu pada WMO (World Meterological Organization). Dengan
adanya alat pengukur curah hujan dapat diketahui banyaknya curah hujan yang
terjadi setiap waktu. Data curah hujan dihasilkan otomatis dari alat pengukur
curah hujan yang disimpan secara real-time dengan menggunakan aplikasi berbasis
open-source seperti java dan sistem operasi IGOS (Edi Tanoe,2011).
Curah
hujan rata-rata dapat dihitung menggunakan tiga metode yaitu:
1.
Aritmatik
Cara rata-rata
aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon dan
isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara
ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua
alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya.
Kemudian hasil
penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan
rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis
persamaan sbb:
Rata-rata
CH = (SRi)/n
,
dimana
Ri = besarnya CH pada stasiun i
n
= jumlah penakar (stasiun)
2.
Cara Poligon (Thiessen polygon)
Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi
CH besar. Menurut
Shaw (1985) cara ini
tidak cocok untuk daerah bergunung dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan
dengan membagi suatu wilayah (luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah
membentuk poligon (luas masing-masing daerah ai)
seperti pada
Gambar 1.1 :
Untuk
menghitung Curah Hujan ra ta-rata cara poligon menggunakan persamaan :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) +
R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana
R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah ai
3.
Cara Isohet (Isohyetal)
Cara
ini dipandang paling baik, tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada
keahlian, pengalaman, pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan
pada
daerah setempat. Isohet adalah garis pada peta yang menunjukkan tempat -tempat
dengan curah hujan yang sama.
(Mahbub)
Peta Isohyet digambarkan pada peta topografi
berdasarkan data curah hujan (interval 10 – 20 mm) pada titik pengamatan di
dalam dan sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis
isohyets yang berdekatan diukur dengan planimeter. Harga rata – rata dari garis
– garis isohyets yang berdekatan yang termasuk bagian – bagian daerah itu dapat
dihitung. Curah hujan daerah dihitung menurut persamaan seperti dibawah ini,
Keterangan :
R
= Curah hujan rerata tahunan
A1, A2
= Luas bagian antar dua
garis isohyets
R1, R2, Rn = Curah hujan rata
– rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An
Cara ini adalah cara rasoinal yang terbaik jika garis
– garis isohyets dapat digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik –
titik pengamatan itu banyak sekali dan variasi curah hujan di daerah
bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohyets ini akan terdapat
kesalahn – kesalahn si pembuat ( individual error). Namun teknik perhitungan
curah hujan dengan menggunakan metode ini menguntungkan karena memungkinkan
dipertimbangkannya bentuk bentang lahan dan tipe hujan yang terjadi, sehingga
dapat menunjukkan besarnya curah hujan total secara realistis.
Untuk menghitung luas darah ( I1 – I2) dalam suatu peta kita bisa
menggunakan
Planimeter. Sercara
sederhana bisa juga menggunakan kertas milimeter block dengan cara menghitung kotak yang masu k dalam
batas daerah yang diukur (Mahbub.2012)
III.
METODE PRAKTIKUM
a.
Alat
dan Bahan
Pada praktikum ini alat
yang digunakan yaitu timbangan elektronik,gunting, alat tulis, penggaris,
Ms.excel.sedangkan bahan yang digunakan yaitu berupa data curah hujan pada
suatu daerah dalam beberapa tahun.
b.
Prosedur
Praktikum
Prosedur yang dilakukan
dalam perhitungan curah hujan yaitu:
1. Data
curah hujan tiap daerah dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya menggunakan Ms.
Excel untu mengetahui curah hujan secara aritmatik.
2. Setelah
duketahui jumlah curah hujan tiap bulan dalam satu tahun dibuat grafik balok.
3. Setelah
dilakukan pengolahan data curah hujan, gambar peta wilayah lampung di timbang
menggunaan neraca elektronik dan dicatat hasilnya.
4. Setelah
peta Lampung ditimbang, peta dibagi menjadi empat wilayah.
5. Setelah
dibagi menjadi empat bagian peta Lampunjg dipotong menjadi empat bagian.
6. Setelah
digunting bagian tiap peta ditimbang kembali menggunaan timbangan eklektronik
dan dicatat hasilnya.
7. Setelah
dilakukan penimbangan tersebut perhitungan luas berdasaran berat dilakukan
untuk memperoleh curah hujan secara poligon.
8. Untuk
memtukan rata-rata curah hujan secara ishoyet, peta Lampung (yang masih utuh) digaris
dengan cara menghubungkan titik koordinat yang nilainya sama berdasarkan curah hujan rata-rata.
9. Setelah
dibuat garis, peta dipotong berdasarkan garis yang telah dibuat.
10. Kemudian
hasil potongan ditimbang menggunakan neraca elektronik.
11. Hasil
penimbangan peta keseluruhan dan potongan-potongan dicatat.
12. Luas
daerah berdasarkan garis ishoyet dihitung menggunakan persamaan.
13. Setelah
luas diketahui, rata-rata curah hujan ditentukan mengunakan persamaan yang
telah ditentukan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil
Dari
praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan curah hujan dengan
tiga metode sebagai berikut:
i.
Rata-rata curah hujan selama lima tahun
(2001-2005)
No
|
Daerah
|
Rata-rata
CH
Mm/tahun
|
1
|
Kahuripan
|
1560,48
|
2
|
Natar
|
1776,56
|
3
|
Menggala
|
11871,82
|
4
|
Kotabumi
|
1658,88
|
ii.
Berat potongan peta metode polygon
No
|
Daerah
|
Berat
(gram) |
1
|
Kahuripan
|
0,1656
|
2
|
Natar
|
0,1193
|
3
|
Menggala
|
0,3409
|
4
|
Kotabumi
|
0,2163
|
iii.
Luas daerah metode polygon
Daerah
|
Luas (km2)
|
Kahuripan
|
6959,311
|
Natar
|
5013,562
|
Menggala
|
14326,26
|
Kota Bumi
|
9089,97
|
jumlah
|
35389,11
|
iv.
Curah Hujan Garis Isohyet
No
|
Garis
curah hujan isohyet
|
Curah
hujan(R)
(R0+R1)/2
(mm)
|
0
|
11871,82
|
|
1
|
9318,585
|
10595,2
|
2
|
6765,35
|
8041,968
|
3
|
4212,115
|
5488,733
|
4
|
1658,88
|
2935,498
|
5
|
1634,28
|
1646,58
|
6
|
1609,68
|
1621,98
|
v.
Hasil penimbangan isohyet
Daerah
|
Berat
(gram)
|
1
|
0,3297
|
2
|
0,1135
|
3
|
0,1025
|
4
|
0,3638
|
5
|
0,1407
|
6
|
0,2820
|
Total
|
1,3322
|
vi.
Luas daerah berdasarkan garis isohyet
Daerah
|
Luas
(km2)
|
1
|
8757,556
|
2
|
3013,986
|
3
|
2721,882
|
4
|
9660,689
|
5
|
3736,281
|
6
|
7488,494
|
Total
|
35378,89
|
vii.
Hasli perhitungan rata-rata curah hujan
No
|
Metode
|
Rata-rata
CH
(mm/th)
|
1
|
Aritmatik
|
5.790,62
|
2
|
Poligon
Theesen
|
4.216,935
|
3
|
Ishoyet
|
5. 048,868
|
b.
Pembahasan
Curah
hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu.
Tingginya curah hujan dapat diketahui menggunakan alat lysimeter, ombrometer,
dan lain sebagainya. Curah hujan dinyatakan sebagai kedalaman air yang
terkumpul pada permuakan datar. Satuan curah hujan menurut SI adalah mililiter,
yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi. Sedangkan metode
penghitungan rata-rata curah hujan pada suatu tempat dapat dilakukan dengan
tiga metode yaitu secara aritmatik, polygoin dan ishoyet.
Metode perhitungan
rata-rata curah hujan secara aritmatik yaitu
perhitungan untuk daerah seragam dengan variasi curah hujan kecil.
Metode dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua
alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Dari praktikum yang dilakukan
perhitungan rata-rata curah hujan provinsi Lampung diambil empat titik yaitu
dari Kahuripa, Menggala, Natar dan Kotabumi. Dimana curah hujan tiap bulan pada
masing-masing tahun dijumlahkan dan di rata-ratakan selama lima tahun terakhir.
Kemudian dimasukan ke dalam persamaan, yang mana jumlah rata-rata curah hujan
selam lima tahun pada empat daerah penakaran hujan dijumlahkan dan dibagi
banyaknnya wilayah penakaran (4), yaitu
Rata-rata CH = 6959,311 + 5013,562 + 14326,26 + 9089,97
Rata-rata CH = 5790,62 mm/th
|
Sehingga rata-rata
curah hujan selama lima tahun terakhir menggunakan metode aritmatik yaitu
sebesar 5790,616646 mm/th.
Metode pengukuran yang
kedua yaitu menggunakan metode poligon theesen. Pada metode ini rata-rata curah
hujan dikaitkan dengan luas daerah penakar curah hujan dan luar keselurah Propinsi
Lampung. Dimana pada metode ini luas daerah dibagi menjadi empat bagian dengan
mengambil garis tegak lurus pada peta. Pada metode ini diawali dengan
penimbangan berat peta Lampung secara keseluran, kemudian peta lampung dibagi
menjadi empat dengan diambil garis tegak lurus kemudian dipotong dan ditimbang
serta dicatat hasilnya.
Setelah data berat tiap
daerah pengukuran dan berat keseluruhan Provinsi Lampung diperoleh, maka luas
tipa daerah pengukuran dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
a = massa derah pengkuran x luas Lampung
massa
Lampung
|
Setelah diketahui luas
tiap daerah pengukuran curah hujan, langkah selanjutnya yaitu mehitung jumlah
rata-rata curah hujan Proponsi Lampung dengan persamaan:
R = R1.a1
+ R2.a2 + R3. A3 +R4.a4
A
R = 1560,48
x 6959,311 + 1776,56 x 5013,562 + 11871,82 x 14326,26 + 1658,88 x 9089,97
35389,11
R = 4216,935
mm/th
|
Metode
pengukuran rata-rata curah hujan yaiutu metode ishoyet yaitu metode pengukuran
rata-rata curah hujan yang sangat kompleks dan lebih teliti. Namun, metode ini
bersifat subjektif tergantung dari keahlian pemakainya. Dalam menggunakan
metode ini dibuat garis isohyet menurut curah hujan tiap daerah pengukuran yang
kemudian dihubungkan pada nilai kordinat yang sama. Penggunaan metode isohyet
pada praktikum ini yaitu menggunakan planimeter, yang mana sangat bersifat
subjektif. Dengan menggunakan planimeter
ini, titik kordinat dibuat dengan interval yang sama antar titik kordinat.
Selanjutnya titik kordinat yang sama dipertemukan dengan sebuah garis panjang
yang membatasi daerah pengukuran pada peta yang digunakan.
setelah
dibuat garis-garis isohyet tersebut maka dapat diketahui curah hujan tiap
daerah dan juga luas tiap daerah. Untuk mengetahui luas daerah hujan tersebut
peta harus dipotong sesuai dengan garis isohyet yang telah dibuat. Kemudian
ditimbang tiap potongan tersebut lalu dihitung luasnya dengan persamaan yang
sama pada perhitungan luas pada metode polygon thessen.
Dari
praktikum yang telah dilakukan menggunakan metode isohyet telah diperoleh luas
dan curah hujan tiap daerah potongan garis isohyet, sehingga untuk memperoleh
rata-rata curah hujan tiap tahun selama lima tahun propinsi Lampung dapat
diketahui dengan persamaan:
Dari
persamaan tersebut rata-rata curah hujan propinsi Lampung yang diperoleh yaitu
5. 048,868 mm/th. Jika dibandingkan dari hasil analisi tiga metode ini
memperoleh hasil yang berbeda-beda. Namun pada metode poligon thiesen dan
metode isohyet memperoleh nilai yang tidak terlalu signifikan perbedaannya
dibandingkan dengan hasil dari metode aritmatik. Metode aritmatik tersebut merupakan metode
yang paling sederhana dibandingkan metode poligon thiesen dan isohyet.
Sedangkan metode isohyet merupakan metode yang sangat kompleks dan rumit, maka
sangat diperlukan kejelian dalam penggunaannya.
Sebelum
diperolehnya rata-rata curah hujan propinsi Lampung selama lima tahun terakhir,
terlebih dahulu dicari jumlah hujan tiap tahun pada masing-masing daerah
pengukuran hujan. Salah satunya yaitu daerah Kahuripan yang diketahui data
curah hujan selama lima tahun terakhir dari tahun 2001 sampai 2005.
Pada
tahu 2001 curah hujan dapat dilihat pada tabel 1. Selama tahun 2001 hujan
terjadi setiap bulan sepanjang tahun dengan curah hujan yang berbeda-beda.
Jumlah curah hujan terendah pada tahun ini yaitu pada bulan Januari sebanyak 9,6 mm sedangkan jumlah curah hujan
tertinggi yaitu pada bulan Desember yang mencapai 313,2 mm.
Gambar 1
Sedangkan pada tahun
2002, hujan tidak terjadi pada bulan Januari dan September.sedangkan curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan April (gambar 2). Sehingga jika digambarkan
dengan grafik garis, maka gambar bentuk lonceng tebalik lebih berucut pada
bulan tersebut (lihat lampiran).
Gambar 2
Kemudian
pada tahun 2003 hujan terjadi tiap bulan sepanjang tahun. Jumlah curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus yang disusul bulan September dan curah
hujan tertingi terjadi pada bulan Maret (gambar 3).
Gambar
3
Sedangkan
pada tahu 2004, kurva curah hujan hampir membentuk lonceng terbuka, hal ini
dapat dilihat pada bulan Juni sampai Oktober dengan curah hujan yang rendah.
Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari.
Gambar
4
Pada
tahu 2005 hujan terjadi pada beberapa bulan pada awal tahun. Jumlah curah hujan
yang tinggi terjadi pada Januari yang jumlahnya melebihi 350 mm. Hujan tidak
terjadi pada bulan agustus sampai dengan desember.
Gambar
5
dari
data yang didapat dan diolah dapat diketahui pula rata-rata curah hujan tiap
tahun dan jumlah curah hujan tiap tahunnya di daerah Kahuripan seperti pada
gambar di bawah. Dari gambar tersebut dapat diketahui rata-rata dan jumlah curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2004 yang mencapai 183,23 mm/th dan 2198,8
mm/th.
V.
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa:
1. Rata-rata
curah hujan dapat diketahui dengan metode arimatik, polygon theisen, dan
isohyet.
2. Rata-rata
curah hujan Lampung dengan metode aritmatik yaitu 5.790,62 mm/th, metode
polygon theisen 4.216,935 mm/th, dan metode isohyet yaitu 5.048,868 mm/th.
3. Jumlah
rata-rata curah hujan Kahuripan tetinggi pada tahun 2004.
DAFTAR
PUSTAKA
Handoko.2003.
Curah Hujan. www.wikipedia/curah hujan/google.com.diakses tanggal 29 Oktober 2013 pukul 20.30 WIB.
Edi
Tanoe.201.1 Debit Curah Hujan. id.m.wikipedia.org.diakses tanggal 29 Oktober 2013 pukul 20.45 WIB.
Anonim.2013.
Siklus Hidrologi. ptbudie.wordpress.com.diakses
tanggal 29 Oktober 2013 pukul 21.00 WIB.
Mahbub.
Ir M. 2012. Menghitung Curah Hujan (Ch) Rata-Rata. Penuntun Praktikum Agrohidrologi. PS Ilmu Tanah Unlam.
LAMPIRAN
Grafik
curah hujan daerah kahuripan
PERHITUNGAN
Luas
daerah pengukuran hujan dengan metode poligon theisen
Luas Kahuripan :
,
L =
X
35376,5 = 6959,311475
Luas Natar :
,
L =
X
35376,5 = 5013,561951
,
Luas Menggala :
L
=
X
35376,5 = 14326,26378
Luas
Kota Bumi :
L
=
X
35376,5 = 9089,97024
Luas daerah hujan dengan metode Isohyet :
L1
=
X
35376,5 = 8757,556 km2
L2
=
X
35376,5 = 3013,986 km2
L3
=
X
35376,5 = 2721,882 km2
L4
=
X
35376,5 = 9660,689 km2
L5
=
X
35376,5 = 3736,281 km2
L6
=
X
35376,5 = 7488,494 km2
Metode
Aritmatik
Rata-rata CH = 6959,311 +
5013,562 + 14326,26 + 9089,97
Rata-rata CH
= 5790,62 mm/th
Metode
Poligon Theisen
R = R1.a1 + R2.a2 +
R3. A3 +R4.a4
A
R = 1560,48 x 6959,311 + 1776,56
x 5013,562 + 11871,82 x 14326,26 + 1658,88
x 9089,97
35389,11
R = 4216,935 mm/th
Metode
Isohyet
R = 10595,2 x 8757,556
+ 8041,968 x 3013,986
+ 5488,733 x 2721,882
+
2935,498 x 9660,689
+ 1646,58 x 3736,281 + 1621,98 x 7488,494
35378,89
R = 5.048,868 mm/th
Gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar