Jumat, 10 Juli 2015



PENGUKURAN TURBIDITY (KEKERUHAN)
(Praktikum Rekayasa Pengolahan Limbah)

Description: unila logo







IWAN NOVIANTO
1114071024



JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014





I.                   PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Indonesia sebagai negara sedang berkembang memiliki beragam ukuran dan jenis industri, baik dalam bentuk industri rumah tangga maupun industri ukuran besar. Aturan yang berhubungan dengan berbagai jenis limbah yang dihasilkan berbagai jenis industri tersebut pada umumnya sudah tersedia. Seperti Undang-Undang No.32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.32 Tahun 2009, yang mengatur pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu materi kewenangan yang didesentralisasikan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Aturan ini dilahirkan pada dasarnya dengan tujuan agar limbah sebagai hasil sampingan berbagai jenis industri tersebut tidak merusak lingkungan pada saat dibuang ke dalam perairan.

Turbidity atau kekeruhan air disebabkan oleh impurity atau adanya benda-benda asing di dalam air. Kandungan senyawa-senyawa  kimia yang mencemari lingkungan air dapat menyebabkan perubahan warna dan tampak keruh. Kandungan zat padat yang terdapat pada  air baik yang terlarut maupun yang tersuspensi, juga menimbulkan kekeruhan air. Dampak dari kekeruhan adalah dapat terganggunya kehidupan di dalam air karena karena kekeruhan mengganggu penetrasi sinar matahari. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur timhkat kekeruhan suatu bahan adalah turbidity meter. Dimana alat ini bekerja untuk mengukur tingkat kekeruhan, sebelum melakukan pengukuran harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu.

1.2       Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui tingkat kekeruhan dari air dan air limbah.




                                       II.                TINJAUAN PUSTAKA

Industri adalah segala bentuk bahan, yang tidak atau belum punya arti ekonomis,
yang dihasilkan suatu proses teknologi yang dipakai, atau karena kecerobohan
operator dan atau hal lain yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya harus
terbuang keluar dari berbagai unit proses yang ada. Sedangkan limbah cair
industri adalah semua limbah industri yang berbentuk cairan atau berada dalam
fase cair.

Pengolahan limbah cair industri pada hakekatnya adalah suatu perlakuan
tertentu yang harus diberikan pada limbah cair sebelum limbah tersebut terbuang
ke lingkungan penerima limbah. Untuk dapat menentukan secara tepat perlakuan
yang sebaiknya diberikan pada limbah cair, terlebih dahulu diketahui secara tepat
karakteristik dari limbah melalui berbagai penetapan berbagai parameter untuk
mengetahui macam dan jenis komponen pencemar serta sifat-sifatnya.
Pengolahan limbah cair meliputi pengolahan fisika, pengolahan kimia dan
pengolahan biologis. Pengolahan fisika dilakukan terhadap air limbah dengan
kandungan bahan limbah yang dapat dipisahkan secara mekanis langsung.
Pengolahan secara kimia merupakan proses dimana perubahan, penguraian atau
pemisahan bahan yang tidak diinginkan berlangsung karena mekanisme reaksi
kimia.

Proses pengolahan limbah cair secara biologis dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri, ganggang, protozoa, dll) untuk menguraikan atau merombak senyawa-senyawa organik dalam air menjadi zat-zat yang lebih sederhana (stabil). Dalam sistem biologi, mikroorganisme menggunakan limbah untuk mensintesis bahan sellular baru dan menyediakan energi untuk sintesis.

Mikroorganisme juga dapat menggunakan suplay makanan yang sebelumnya sudah terakumulasi. Secara internal atau endogenes untuk respirasi dan melakukannya terutama bila tidak ada sumber makanan dari luar atau eksogenes.
Sintesis dan respirasi endogenes berlangsung secara simultan dalam sistem
biologis, dengan sintesis yang berlangsung lebih banyak bila terdapat makanan
eksogenes yang berlebihan, dan respirasi endogenes akan mendominasi bila
suplay makanan eksogenes sedikit atau tidak ada.

Secara umum reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut ini. Limbah yang dapat dimetabolisme dan mengandung energi + mikroorganisme produk akhir  lebih banyak mikroorganisme. Bila pertumbuhan terhenti, mikroorganisme mati dan lisis melepaskan nutrien dari protoplasmanya untuk digunakan oleh sel-sel yang masih hidup dalam suatu proses respirasi selular autoksidatif atau endogenes.

Mikroorganisme  produk akhir lebih sedikit mikroorganisme dengan adanya bahan limbah (makanan), metabolisme mikroba akan berlangsung memproduksi sel-sel baru dan energi, dan padatan mikroba akan meningkat. Bila tidak ada makanan, respirasi endogenes akan berlangsung lebih banyak dan akan terjadi pengurangan padatan mikroba (Betty Sri,LJ & Winiati Puji,R.1993).

Limbah cair tahu sebelum dibuang ke lingkungan perlu diolah terlebih dahulu untuk mengurangi konsentrasi kandungan pencemar yang menyertai limbah tersebut. Teknik pengolahan limbah cair dibagi menjadi tiga metode yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Salah satu proses dalam pengolahan limbah cair secara kimia adalah koagulasi. Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dalam limbah cair dengan menambahkan bahan kimia (koagulan). Koagulan ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau mengurangi partikel kecil yang tercampur dalam limbah cair melalui pengendapan (Sugiharto, 1987).

Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan, keneradaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric Turbidity Units(NTU). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel malainkan suatu ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya (Anonim,2014).






                                            III.             METODOLOGI PENELITIAN

3.1              Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah gelas ukur dan Turbidity meter. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air sungai, aquades, air sumur, dan air limbah tahu.
3.2               Prosedur Pelaksanaan
Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
·                    Siapkan sampel air suling, aquades, dan air limbah tahu masing- masing pada gelas ukur yang berbeda.
·                     Siapkan alat ukur turbidity meter, dinyalakan.
·                      Kalibrasi dahulu Turbidity meternya
·                      Masukan sensor Turbidity meter ke dalam sampel.
·                     Kemudian masing- masing sampel di ukur dengan menggunakan Turbidity meter dan sensor yang tersedia.
·                     Kemudian diamati masing- masing tingkat kekeruhan sampel dan kemudian dicatat nilainya.








IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang kita dapatkan dari praktikum kali ini adalah:
NNO
Sampel
Uji I (NTU)
Uji I I(NTU)
Uji II I(NTU)
11
Air limbah tahu
259
269
254
22
Air aquades
0,49
0,45
0,61
33
Air sungai
1,93
1,86
1,93
44
Air kran
0,22
0,21
0,15
55
Air limbah tahu olahan
393
398
367

4.2              Pembahasan

Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan, keneradaan partikel dalam cairan yang diukur dalam Nephelometric Turbidity Units(NTU). Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang akan memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat, mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung dari partikel-partikel malainkan suatu ukuran bagaimana partikel menghamburkan cahaya.
Kekeruhan adalah pengukuran analisis yang sangat kompleks yang dapat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa sudah ada dalam desain instrumen seperti sudut pembacaan, sumber sinar, panjang gelombang dan sensitifitas warna dan fotosel. Dari data yang diperoleh dapat kita lihat suhu masing- masing sampel air limbah tahu tingkat kekeruhan uji 1 259 NTU, uji 2 269 NTU, uji 3 254 NTU, air aquades tingkat kekeruhan uji 1  0,49 NTU,  uji 2 0,45 NTU, uji 3 0,61 NTU, air sungai tingkat kekeruhan uji 1  1,93 NTU,  uji 2 1,86 NTU, uji 3 1,93 NTU ,  air kran tingkat kekeruhan uji 1  0,22 NTU,  uji 2 0,21 NTU, uji 3 0,15 NTU, air limbah tahu olahan tingkat kekeruhan uji 1 393 NTU, uji 2 368 NTU, uji 3 367 NTU. Berdasarkan data tingkat kekeruhan yang kita dapatkan juga dapat kita lihat bahwa yang paling pekat  adalah air limbah tahu olahan dengan tingkat kekeruhan rata-rata 376 NTU, kemudian diikuti oleh air limbah tahu dengan tingkat kekeruhan rata-rata 260 NTU, air sungai dengan tingkat kekeruhan rata-rata  1,90 NTU, air aquades dengan tingkat kekeruhan rata-rata 0,516 NTU , dan yang paling kecil adalah air kran dengan tingkat kekeruhan rata-rata 0,19 NTU. Kekeruhan ini menunjukan bahwa sampel yang tingkat kecemarannya paling tinggi adalah air limbah tahu olahan. Pada kegiatan industri tahu, limbah cair pada umumnya langsung disalurkan ke badan air sehingga mencemari perairan. Perairan yang tercemar memiliki kandungan BOD (4140 mg/l) dan COD (6591,90 mg/l) (sumber referensi penelitian awal), berbau busuk dan berwarna kehitaman, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi. 




V.                KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang bisa kita dapatkan dari praktikum kali ini adalah:
·                Berdasarkan pengujian tingakat kekeruhan yang telah dilakukan terhadapa lima sampel  yaitu air sungai, air aquades, air kran, air limbah tahu olahan dan air limbah tahu, yang memiliki kekeruhan tetinggi adalah air limbah tahu olahan, yaitu 376 NTU.
·                Air kran adalah air yang memiliki tingkat kekeruhan paling rendah yaitu 0,19 NTU.
·                Jika limbah tahu langsung dibuang tanpa diolah maka akan merusak lingkungan, seperti yang kita ketahui limbah memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi.




DAFTAR PUSTAKA

http://www.wikipedia.org. 08 Oktober 2014

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta.

Betty Sri,LJ & Winiati Puji,R.1993. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Institut Teknologi Bandung
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar